Artikel ini adalah bab
tentang Surga yang dikutip dari buku Sorga Terbuka Kesaksian Joseph anak
berumur 11 tahun.
Malam itu, kami berdoa
hingga tengah malam, juga bersama dengan pendeta Miguel dari Miami. Sebagian
kata dalam dalam doa beliau adalah:” Tuhan ,tunjukkanlah sisi yang lain dari
dunia roh ini.” Lalu ia berkata: ”Joseph, engkau sudah melihat satu sisi dari alam
roh yang mengejutkan dan sempat menakutkan, tetapi Joseph engkau juga akan
melihat sisi lain dari dunia roh.” Memang , saya dan mama sempat berdoa:”
Tuhan, jika dapat, lalukan penglihatan ini
karena sangat
menakutkan dan melelahkan.”
Saya melihat sebuah
gedung megah dan besar, tetapi saya tidak dapat masuk ke dalamnya walupun
pintunya terbuka. Saya merasa ada kekuatan yang menahan, saya diantar oleh 2
malaikat. Dari luar saya melihat ada sebuah peti dibungkus emas , diatasnya ada
2 patung emas berhadapan, di tengah-tengahnya ada sinar dan di belakangnya ada
Tuhan Yesus, yang tangan-Nya memberkati peti itu, tetapi saat itu saya hanya
melihat dari luar, karena malaikat itu berkata kepada saya:” Jika engkau mau
masuk ke dalam gedung itu, hatimu harus benar-benar suci dan tulus.”
Saya diingatkan, bahwa
saya masih menyimpan sakit hati terhadap mama. Kemudian saya melihat burung
merpati yang terbang berpasangan. Malaikat mengatakan, bahwa burung merpati
tidak mempunyai empedu, ia tidak mempunyai kepahitan hati. Dan ia melambangkan
kesucian dan kesetiaan, karena jika salah satu dari pasangannya mati, burung
itu tidak mencari pasangan lain hingga ia juga mati.
Saya sakit hati
terhadap mama dan ini membuat saya sedih karena Tuhan tidak berkenan ,kemudian
saya minta ampun kepada mama, demikian juga mama minta maaf kepada
saya,terjadilah perdamaian antara kami.
Malam itu saya berdoa
dan saya merasakan seperti berada dalam kuasa Roh Kudus, tetapi Roh Kudus belum
masuk menemui saya. Waktu berdoa sore itu dengan mama, lidah saya sudah kaku,
tetapi rasanya Roh kudus tidak dapat masuk, lalu saya berkata kepada mama, Roh
Kudus tidak dapat memenuhi saya , karena saya masih ada ganjalan dalam hati
terhadap saudara saya.Jadi saya tunggu dia datang, lalu saya minta maaf, kemudian
kita berdoa lagi bersama-sama dengan mama dan saudara-saudara, dan Tuhan
memenuhi saya dengan Roh Kudus, Puji Tuhan.
Sesudah saya minta
ampun kepada mama, dan saudara saya untuk kepahitan hati saya, pagi-pagi sekali
saya di bawa ke Sorga lagi. Kali ini saya boleh masuk ke dalam gedung yang
besar dan megah itu.
Didalam gedung itu saya
melihat ada tempat api yang ditutup, ada meja dengan tumpukan roti diatasnya,
ada pelita emas yang menyala, ada sebuah mezbah yang baunya wangi, ada mahkota
besar penuh permata, dan indah sekali. Saya bertanya-tanya mahkota siapa
yangsedemikian besar itu. Ada juga pedang yang ada mutiara pada pegangannya,
yang saya lihat dipegang oleh Tuhan Yesus, waktu saya pertama kali melihat Dia,
ketika berperang dengan trisula iblis. Pedang itu terletak di depan peti yang
di bungkus emas, ada buku besar dari emas, di dalamnya kertasnya berwarna putih
bertuliskan emas.
Diatas atap ada 7
terompet, beberapa waktu sekali, terompet itu ditiup oleh 7 malaikat, bunyinya,
wauw… mengagumkan. Waktu terompet itu ditiup, keluar asap putih dan sinar dari
atas peti membumbung ke atas.
Waktu saya berada di
ruangan itu, saya mencoba melihat ke dalam gulungan kitab itu. Tuhan Yesus
tidak marah, Dia tersenyum kepada saya , juga saya lihat 7 mangkok emas, ada
ukirannya. Peti itu memiliki gelang-gelang dan usungannya, ternyata peti itu
dapat dibuka. Saya mencoba mengintip ke dalam peti itu, ternyata didalam peti
itu saya melihat, ada sebuah tongkat kayu. Tongkat itu mempunyai bunga dan
daunnya yang hidup, sedangkan ia tidak mempunyai akar. Ada 2 lempengan batu
gepeng. Ada sebuah kendi emas.
Waktu saya masuk,
malaikat yang mengantarkan saya menunggu diluar gedung ini, ruangan maha kudus,
saya memanggil dia untuk masuk kedalam gedung ini juga, tetapi malaikat memberi
syarat kepada saya bahwa dia tidak boleh masuk kedalam ruagan ini, dan juga
tidak semua manusia boleh masuk, hanya yang hatinya benar-benar suci dan tulus
yang boleh masuk ke ruangan ini.
Pintu gerbang sorga
yang besar dan tinggi sekali terbuat dari emas dan pegangannya dari mutiara dan
di jaga oleh 2 malaikat berjubah putih. Jalannya terbuat dari emas, batu-batu
dan kerikilnya terbuat dari permata juga.
Banyak rumah dari emas
yang tembus pandang dan diatas tiap-tiap pintu rumah ada mahkota dari emas
penuh permata. Mahkota itu ada yang besar dan ada yang kecil. Rumah-rumahnya
pun ukurannya berbeda-beda. Letaknya tidak berdempetan seperti di bumi, tetapi
ada halaman-halamannya yang luas dan letaknya di bukit-bukit, bagus sekali. Ada
rumah yang bagus tetapi belum ada penghuninya. Ada rumah yang baru tiangnya
saja yang dibuat. Ada rumah yang besar, tetapi sayangnya tembok-tembok rumah
itu tampak retak-retak dan hampir roboh. Dinding rumah-rumah terbuat dari emas
berkilau-kilauan dan penuh dengan permata-permata.
Malaikat menjelaskan
kepada saya bagaimana cara membuat rumah disana. Bila kita berbuat baik, ada
bahan untuk membuat rumah, tetapi jika kemudian berbuat jahat, perbuatan itu
dikikis sampai jadi murni, baru bisa di buat untuk bahan bangunan rumah. Kalau
banyak kebaikan yang dilakukan menurut firman Tuhan, rumah itu cepat jadi,
tetapi jika kemudian berbuat jahat rumah itu perlahan-lahan akan retak-retak
dan kalau tidak segera diperbaiki dengan perbuatan baik yang murni, rumah itu
akan roboh.
Suatu kali, saya dan
mama dibawa ke danau kaca yang luas sekali. Dari kejauhan, atap perumahan
tampak berkilau. Dan Tuhan datang dalam api, lalu mengucapkan ulang kata-kata
berkat sebagai berikut:” Jagalah kesucianmu, maka berkat ini akan Kulimpahkan
dan Kupercayakan kepadamu.”
Sorga itu luas sekali,
dan jaraknya jauh-jauh tetapi ditempuh hanya dalam beberapa detik saja untuk
pergi dari satu tempat ke tempat lainnya, sebab begitu kita merasa ingin pergi
ke situ langsung kita berada di tempat itu.
Di Sorga ada sekolah
minggu, anak-anaknya banyak sekali dalam gedung yang sangat besar. Mama pernah
menyuruh saya menanyakan kepada Tuhan, jika saya bertemu dengan Dia, anak-anak
dari tante saya meninggal waktu di kandung berumur enam bulan dan delapan
bulan. Waktu saya melihat anak-anak yang begitu banyak, puluhan ribu jumlahnya,
saya berfikir bagimana saya mencari anak-anak dari tante saya. Baru saja saya
memikirkan hal ini, tiba-tiba muncul 3 orang anak datang kepada saya dan
menyapa, mereka lucu-lucu, seorang anak laki-laki kira-kita berumur 6 tahun,
rambutnya gelombang-gelombang. Seorang anak laki-laki agak gemuk dan seorang
anak perempuan kecil kira-kira berumur 8 tahun, saya bertanya-tanya , bukankah
mama mengatakan anak tante saya 2 orang dan mengapa sekarang ada 3?
Setelah menanyakan
kepada tante saya, ternyata tante saya mengatakan benar, bahwa ada 3 anak tante
yang keguguran waktu dalam kandungan dan yang ketiga baru berumur tiga bulan
dalam kandungan. Waktu gugur tampak bahwa anak itu perempuan, dan oleh tante saya
sempat di beri nama Yohana. Anak itu yang saya lihat di Sorga dan anak itu juga
bertumbuh disana, begitu mengherankan Tuhan itu!
Waktu saya mulai masuk
surga, dari pintu gerbangnya saya merasa seperti sedang berjalan diatas karpet.
Saya melihat ke bawah, hijau dan tebalnya kira-kira 10 cm. Tetapi begitu saya
mengangkat kaki saya, rumput itu kembali berdiri, sehingga tidak ada bekas
tapak kaki saya di rumput. Bunga-bunganya besar-besar dan bagus sekali, ada
juga yang berbentuk kupu-kupu dan bau di surga wangi sekali. Pohon dan
daun-daunnya berwarna hijau bercampur emas. Ada pohon yang daunnya seluruhnya
dari emas. Di atas rumput ada embun yang berwarna putih kekuning-kuningan
keruh. Malaikat menunjukkan kepada saya, cara mebuat roti dari embun. Ia mengambil
2 butir embun lalu di gosok dengan tangannya, embun tadi menjadi roti, rasanya
enak tidak terasa manis. Dan saya juga ingin mencoba unutk membuat roti, saya
minta gelas, tetapi malaikat itu memberi ember. Kemudian saya kumpulkan
titik-titik embun itu, lalu saya gosok seperti yang dilakukan malaikat tadi.
Tiba-tiba embun itu menjadi roti yang tinggi.
Ketika itu saya ingin
minum, dan saya member isyarat kepada malaikat itu, ia menunjukkan kepada saya
untuk mengambil buah yang bentuknya seperti botol dan keras. Waktu itu saya
menanyakan dengan bahasa isyarat bagaimana saya dapat minum dari buah yang
keras itu, lalu ia menunjukkan dengan menggosok ujung buah itu dengan
tangannya. Buah itu menjadi lunak dan dari buah itu keluar cairan yang berwarna
merah yang dapat saya minum dan rasanya enak.
Di sorga buah –
buahannya besar-besar, anggur besarnya 1.5 kali bola tenis, rasanya manis
sekali kalau dimakan tidak habis-habis. Begitu saya memetiknya, aneh, buah yang
baru muncul lagi. Sesudah saya makan dengan puas dan sisanya akan saya buang
tiba-tiba yang saya buang langsung hilang. Di sorga tidak ada sampah dan saya
sempat mencicipi sekitar 20 macam buah-buahan.
Malaikat juga memberi
contoh kepada saya bagaimana makan permen dari akar tanaman yang langsung
dimakan rasanya seperti tanaman itu sendiri, misalnya dari tanaman strawberry,
akarnya juga rasanya seperti strawberry dan tanaman buah–buahan yang lainnya
juga. Saya juga makan es krim sampai 8 cup dengan bermacam-macam rasa, dan saya
coba semua karena rasanya sangat enak.
Di sorga saya meilhat
danau kaca besar sekali, Tuhan Yesus duduk di sebuah batu dengan membawa 2
kitab, satu kecil dan satunya besar. Jika laut kaca itu dibalik, bisa langsung
melihat ke bumi.
Saya melihat buku yang
dipegang Tuhan Yesus itu banyak tulisan nama-nama, waktu saya melirik buku yang
dipegang Yesus, Dia sempat menunjukkan perbuatan saya yang tidak baik yang
diberi contreng yaitu dosa fitnah.
Tuhan bilang dosa
fitnah itu dosa yang besar, lebih dari dosa pembunuhan lalu saya diingatkan
ketika saya berusia 4 tahun, saya menfitnah pembantu saya. Sebenarnya perbuatan
itu salah saya sendiri, tetapi saya bilang kepada mama kalau itu diajarin oleh
pembantu saya, sehingga pembantu saya dimarahi mama. Kemudian saya minta ampun
kepada Tuhan, langsung tanda contreng itu hilang.
Tuhan juga mengatakan
jika kesalahan-kesalahan di akui dan minta ampun, ikatan itu dilepaskan dan di
ampuni. Tetapi jika orang itu berbuat salah, minta ampun, berbuat salah lagi,
minta ampun lagi, terus menerus, tidak akan diampuni, kecuali ia minta ampun
dengan sungguh-sungguh.
Tuhan itu baik sekali,
Dia senyum-senyum pada saya. Di sorga tidak ada lampu, tetapi terang terus.
Saya merasa seperti sudah berada di sorga selama 5 hari, karena saya bisa
melihat dari laut kaca, di bumi sudah berganti siang menjadi malam, terang
menjadi gelap beberapa kali.
Dari sorga saya juga
sempat melihat ke bumi ada seorang ibu, terbaring di rumah sakit, sakit
jantung, jantungnya sudah busuk separuh dan hampir mati, tetapi keluarganya dan
ibu itu sendiri berdoa. Saya melihat Tuhan Yesus mengeluarkan sinar dari
tangan-Nya langsung menembusi laut kaca, masuk ke dada ibu itu. Kemudian saya
melihat jantung ibu itu sembuh total, dan saya melihat keluarga itu dan para
suster terkejut dan mereka berlarian mencari dokter.
Saya juga melihat
sebuah sungai. Saya kira sungai itu berisi air, tetapi setelah malaikat
memasukkan tangannya ke dalam sungai itu, bunyinya bukan seperti air. Saya
mencoba memasukkan tangan saya ke dalam air itu, ternyata isi sungai itu adalah
permata dan emas.
Malaikat juga
menunjukkan rumah saya. Saya melihat rumah mama dan kakak-kakak saya. Besarnya
tidak sama dan juga ada mahkota dari berlian dan permata bermacam-macam, tetapi
besarnya juga tidak sama. Ada beberapa anggota saya yang Tuhan tunjukkan yang
belum mempunyai rumah di sorga.
Setelah saya dibawa
Tuhan ke Sorga dan dipenuhkan dengan Roh Kudus, saya penuh sukacita, sangat
berbeda dibandingkan pada saat saya baru mendapat penglihatan yang mengerikan
itu dari lembah Harmagedon.
Saya sedang berdoa di
rumah kakak saya, bersama-sama dengan oma, mama dan saudara-saudara yang lain,
kami berlima. Saat saya berdoa, saya mendengar bisikan suara:
“Bersiaplah pada malam
hari nanti.” Bisikan suara itu sampai 2 x. Saya ceritakan hal tersebut kepada
mama.
Malam hari itu, saat
saya akan tidur, lampu kamar tidak saya matikan karena saya mersa
takut dan tidak siap.
Kira-kira jam 04.00 pagi, saya terbangun. Saya pikir, saya sudah bebas dari
bisikan semalam, karena sudah menjelang pagi, lalu saya ke toilet untuk buang
air kecil. Setelah itu, saya kembali ke tempat tidur. Sesaat, saya melihat sinar
putih kebiru-biruan mengenai tubuh
saya. Saya merasa
ditarik keluar dari tubuh saya dan menuju ke suatu tempat di atas awan-awan,
dimana Yesus sudah menunggu. Lalu Yesus berkata: ”Apa ada yang mau ditanyakan
?” Lalu saya jawab: “Ya Tuhan, mengenai kelanjutan hubungan si A dan si B.”
Tuhan Yesus terdiam
agak lama, lalu Yesus berkata kepada saya: ”Apakah si B menurut kamu bisa
berubah?” Saya jawab: ”Tidak bisa”. “Apakah menurutmu si A bisa bertahan?” Saya
jawab: ”Saya kira tidak bisa.” Bagaimana menurutmu hubungan si A dan si B?”
Saya jawab:
”Saya pernah berfikir
lebih baik mereka bercerai saja.” Lalu sesaat kemudian, Tuhan Yesus berkata:
”Sampaikan nasehat Saya kepada si A.” Suruh pandang Aku dan percayalah bahwa
nanti suatu saat dia (si B) akan berubah.” Lalu Tuhan diam sesaat dan berkata:
”Memang pelanggaran si B cukup berat, ada beberapa hal melanggar hukum-hukum-
Ku dan itu pun hukumannya juga berat, tetapi sampaikan kepada dia lakukanlah
firman-Ku yang Kusampaikan setiap saat.”
Kemudian saya dibawa ke
rumah si B dan saya lihat rumahnya sudah hampir roboh, mahkotanya sudah mulai
rusak, permata-permatanya banyak yang hilang!
Tiba-tiba saya terbang
dibawa ke suatu tempat berupa taman yang indah, yang belum saya pernah lihat di
bumi, saya sempat makan buah berbentuk melon tetapi tidak pernah habis,saya
makan kira-kira 30 potong lebih, rasanya manis dan tidak pernah ada rasa
seperti itu di bumi, setelah kenyang, saya bangun.
Pagi itu, saya merasa
tangan kanan saya di pegang oleh seseorang, lalu saya bangun, duduk diatas
ranjang. Saya melihat sekeliling, tidak ada siapa-siapa. Lalu saya tiduran lagi
di samping mama saya.
Sesaat kemudian, saya
melihat sinar putih menuju ke tubuh saya, roh saya di tarik keluar dari tubuh
saya, menuju keatas melalui sinar itu secara perlahan-lahan, rasanya hangat,
lalu saya tiba di taman di Sorga dan saya lihat Tuhan Yesus sedang duduk di
kursi goyang, terbuat dari kayu, memegang buku agak besar, kulitnya dari emas
dan memegang pena dari api dalam suasana santai, sambil menulis.
Jubah Yesus kali ini
warna krem muda mengkilap bagian leher dilipat. Saya dibawa jalan-jalan di
taman Sorga, lalu kami duduk di kursi taman yang terbuat dari
emas dan saya melihat
ada pohon berbuah berenteng-renteng, memanjang ke bawah. Kami memetik buah itu
bersama-sama, lalu kami makan, rasanya enak, manis sekali. Yesus sampat berkata
kepada saya: ”Enak ya buahnya?” Saya jawab: ”Enak sekali.”
Setelah itu saya
melihat benda putih terbang turun mendekati kami, ternyata itu malaikat, dan
Tuhan Yesus memberitahu kepada saya nama malaikat ini, Mikhael. Ia memakai
jubah putih mengkilap zig-zag dari emas, Ia juga mengenakan gelang emas penuh
permata berlian dan sayapnya besar sekali, posisi kedua sayapnya ke bawah
sampai ke tanah, berbadan kekar sekali, rambut bergelombang sampai ke bahu,
pandangan matanya tajam, serius.
Saya melihat Yesus dan
malaikat itu berkomunikasi tanpa bicara tapi saling mengerti, sesaat kemudian
malaikat itu mengangguk-anggukkan kepalanya lalu membuka sayapnya lebar-lebar
dan mengepak-kepakkan sayapnya, indah sekali bulunya, mengeluarkan
percikan-percikan sinar putih lalu terbang ke atas dan menghilang.
Kemudian saya dan Tuhan
Yesus jalan lagi di taman dan saya melihat ada tanaman banyak sekali,
bergerombol, buahnya berbentuk gelas, ada yang besar dan kecil.
Di dekat tanaman ini
saya melihat ada tanaman yang bunganya sangat berlubang besar penuh isi madu.
Lalu kami memetik buah yang berbentuk gelas, mengambil madu dan minum
bersama-sama sampai madunya habis.
Tuhan Yesus hanya minum
1 gelas, sedangkan saya beberapa gelas. Sesaat kemudian, bunga itu mengeluarkan
asap yang berbau sangat wangi dan dalam sesaat juga bunga itu sudah penuh
dengan madu lagi. Saya minum lagi sampai puas, Tuhan Yesus tersenyum melihat
saya.
Setelah selesai minum,
saya mau membuang gelas itu, tapi Yesus berkata :” Gelas itu bisa dimakan,”
Lalu saya makan rasanya agak asin dan renyah.
Kemudian Yesus membawa
saya ke sebuah gedung tidak seberapa besar, atapnya ada ukiran berbentuk
tanaman-tanaman dari emas, ditengah-tengah atap ada lubang, dimana sinar dapat
masuk, menyinari sebuah tanaman yang diletakkan di engah-tengah gedung itu, di
dalam pot dari emas berbentuk bundar, tanahnya berwarna merah.
Tanaman itu bercabang
dua, berdaun lebar-lebar. Masing-masing cabang itu ada satu buah yang bersinar
dan daunnya seperti melindungi buah itu. Buahnya hanya ada dua. Lalu Yesus
berkata: ”Petiklah salah satu buah itu dan makanlah!” Saya petik dan saya lihat
buah itu berwarna hijau kemerahan. Saat saya makan, buah itu agak berair, agak
manis, dingin dan segar. Akan tetapi begitu sampai di perut, perut saya terasa
terkocok dan hati saya merasa aneh, susah untuk di ceritakan.
Kemudian saya melihat
daun yang saya petik buahnya, rontok seketika semuanya, hanya tersisa cabang
yang satunya berikut buah dan daunnya. Yesus berkata: ”Buah yang masih tersisa
satu ini, akan kuberikan kepadamu pada lain waktu.”
Buah-buahan di sorga
yang saya tahu, bila dipetik langsung ada buahnya lagi, tapi buah yang satu ini
tidak tumbuh lagi. Lalu Yesus dan saya menuju gedung lain yang tidak seberapa
besar, semuanya dari emas. Disitu ada lemari kaca yang di dalamnya ada 3
permata, berwarna merah muda, panjangnya 4 cm, lebar 2.5 cm. Kemudian Yesus
meletakkan ketiga-tiganya di tangan kiri saya, lalu saya ambil dengan tangan
kanan dan saya hadapkan keatas. Sesaat
kemudian permata itu
melebar menjadi sekeping kaca yang sangat lebar, melayang lepas dari tangan
saya. Dari kaca itu, saya melihat patung Liberty di New York yang ada pada saat
itu suasananya remang-remang sore itu. Saya diberi satu permata oleh Tuhan
Yesus, lalu saya masukkan ke dalam kantong celana saya.
Setelah itu saya
bertanya: ”Tuhan Yesus rumah-Mu dimana?” Saya dibawa ke rumah-Nya. Besarnya
kira-kira ratusan kali lipat dari rumah oma saya, dimana banyak merpati putih
di atas pohon-pohon. Saya diajak duduk diatas kursi dari emas oleh Yesus. Saya
melihat seperti ada perpustakaan, banyak buku, tapi ada satu buku yang ditaruh di
dalam almari kaca, tersegel. Saya tidak bisa baca dengan jelas, tulisannya
indah dari emas tapi saya tidak mengerti.
Ternyata itu adalah
Buku Kehidupan, sempat oleh Yesus dibawakan kepada saya dan saya melihat ada
tulisan emas di cover depan buku itu, tapi saya tidak mengerti. Saya coba untuk
membuka buku itu tidak bisa, tapi Yesus dengan mudah dapat membuka buku itu.
Setelah itu Yesus
mengajak saya pulang. Sebelumnya saya mampir ke Rumah Tuhan Yesus dan Ia
berkata: ”Sebentar ya,” sambil tersenyum. Sesaat kemudian saya melihat peti
dari emas dan Tuhan Yesus mencari sesuatu dalam peti itu lalu memegang seruling
dari emas penuh permata, kira kira ada 4 lubangnya, juga terompet. Saya pikir
yang seruling lebih indah. Tuhan Yesus tahu pikiran saya, lalu seruling itu
diberikan kepada saya. Yesus berkata: ”Pada suatu saat
akan Kujelaskan arti
dan cara pemakaian seruling itu!”
Setelah itu Yesus
mengarahkan kedua tangan-Nya ke lantai dan keluar sinar dari tangan-Nya
menembusi lantai, terbuka lubang dimana saya bisa melihat tubuh saya di tempat
tidur lalu saya turun melalui lubang itu sambil melihat ke atas melambaikan
tangan ke arah Yesus, dan Yesus juga melambaikan tangan-Nya. Sesaat kemudian
saya sudah kembali ke tubuh saya. Saya melihat mama saya sedang duduk di samping
saya, berdoa dalam bahasa roh.
Kemudian dilain
kesempatan saya digandeng oleh Yesus menuju ke Sorga. Tiba-tiba saya teringat
rumah saya yang pernah saya lihat sekitar 2 tahun lalu. Saya tanyakan rumah
saya.
Seketika, saya sudah
berada disana! Saya lihat rumah saya semakin besar sedikit dan mahko anya lebih
besar sedikit juga. Saya kemudian teringat akan pesan oma saya, kalau kamu ke
Sorga tolong tanyakan rumah oma sama Tuhan Yesus. Sesaat saja, saya sudah tiba
di rumah oma. Ternyata besar sekali, kira-kira 2x lebih besar dari rumah saya.
Di tamannya, saya lihat banyak merpati putih hinggap di pohon-pohon.
Setelah itu, Yesus
membawa saya menembusi lantai dimana kami berdiri dan tiba-tiba kami sudah
berada di atas awan-awan. Tempat saya mula-mula bertemu dengan Yesus.
Kemudian Yesus berkata:
”APA YANG KAMU LIHAT ADALAH NYATA DAN APA ADANYA! Kita akan bertemu lagi pada
waktunya.” Saya merasa Yesus sibuk sekali, sesaat
kemudian saya kembali
ke tubuh saya. Saya terbangun dan melihat mama sedang berdoa dalam Bahasa Roh
dengan bercucuran air mata. Tiba-tiba, saya melihat Tuhan Yesus datang lagi ke
kamar saya tapi kaki-Nya tidak menyentuh lantai. Yesus menumpangkan tangan-Nya
ke atas kepala saya dan mama sambil berkata: ”BERKAT DAN KUASA AKAN SELALU
KULIMPAHKAN KEPADAMU.”
Lalu Yesus menjadi
titik bintang menembusi plafon kamar tidur saya dan menghilang!
Hari itu, peringatan
hari kematian Tuhan Yesus, Jumat Agung, dimana seluruh keluarga dianjurkan oleh
mama unutk melaksanakan ibadah puasa.
Pagi itu, setelah kami
menyaksikan acara TVRI mengenai sengsara Yesus, kami menjadi terharu akan
penderitaan Yesus, sampai kakak menangis saat melihat Yesus disiksa! Setelah
acara tersebut selesai, mama mengajak kami semua berdoa bersama.
Ketika masuk dalam
penyembahan, sangat terasa sekali hadirat Tuhan menguasai kami semua. Tiba-tiba
saya melihat atap kamar di tempat kami sedang berdoa tidak ada!Saya bersama
dengan mama dan saudara-saudara terasa tidak duduk di lantai kamar, tetapi
berada di antara benda-benda langit yang bersinar-sinar dan awan-awan yang
mengelilingi kami. Saya pikir, ini ada dimana? Setelah saya meilhat ke bawah,
saya baru sadar kalau saat itu kita berada di ketinggian, di atas langit.
Pagi itu saya merasa
ditarik ke luar dari tubuh saya dan dengan kecepatan yang luar biasa, saya tiba
di taman Sorga, bertemu dengan Yesus yang sedang tersenyum, memakai baju
putih mengkilap, di
bagian bahunya ada warna biru mengkilap. Oleh Yesus, saya diajak ke laut kaca
seperti yang pernah saya lihat. Kali ini saya diperlihatkan, laut kaca itu
jernih, bening, lunak berkilau-kilauan. Dari kejauhan saya melihat ada kuda
warna putih polos dan merah padam.
Setelah itu, Tuhan
Yesus membalik laut kaca dan saya bisa melihat bumi. Saya melihat seseorang
yang saya kenal yaitu Ibu E. Ia sedang duduk di kursi panjang seperti ruang
tunggu.
Kemudian, Tuhan Yesus
membalik laut kaca itu kembali. Dan Tuhan Yesus mengangkat tangan-Nya ke atas,
lalu saya melihat seperti slide, tampak seseorang tidur di atas meja panjang
seperti tempat tidur. Dalam hati, saya tahu itu suami ibu E.
Saya melihat dari batas
perut bagian bawah sampai dengan kepala penuh roh-roh jahat dengan berbagai
macam bentuk. Ada yang berbentuk ular sepanjang 20 cm dengan kepala yang
mengerikan, dan
bentuk-bentuk yang lain. Ada kaki tangannya banyak sekali,
bergerak-gerak,membentuk benjolan-benjolan yang bergerak, perut jadi besar.
Sesaat kemudian, Yesus
memperlihatkan hati suami ibu E, yang seperti padang pasir dilanda badai. Dan
Yesus berkata: ”Bagi Aku, tidak ada yang mustahil bagi orang yang percaya!”
Setelah itu saya
kembali ke tubuh saya. Saya melihat kakak-kakak saya lagi berdoa untuk saya.
Saat itu ada rasa bahagia di hati saya. Lalu, saya mulai berdiri dan berjalan
keluar, antara
sadar dan tidak sadar,
saya menuju ke kamar kakak saya laki-laki, mencari sesuatu, tetapi tidak saya
temukan. Saya tersadar, saya merasa heran, mengapa saya tiba-tiba berada di
sini? Lalu saya keluar kamar lagi, menuju ke sofa dekat telepon. Saya duduk
disana dan tiba-tiba saya
meliihat
malaikat-malaikat berdiri di ujung atas tangga sambil mengepak-ngepakkan
sayapnya keras sekali, bergetar cepat. Saya meihat slide, ada sesorang yang
saya kenal, tergeletak di meja
operasi rumah sakit,
dilayani oleh 3 dokter yang sedang membedah bagian perut, dari dada ke perut.
Saya melihat pada layar monitor jantung, detak jantung orangnya hampir
berhenti. Saya melihat banyak karangan bunga yang bertuliskan: ”Kami ikut
berdukacita,” padahal orang itu belum meninggal. Ketika saya masih menyaksikan
slide itu, mama saya menelepon bahwa akan segera pulang, dan kakak saya
menceritakan keadaan saya.
Waktu mama pulang, saya
ceritakan. Lalu kami berdoa bersama dengan salah seorang hamba Tuhan, yang saat
itu sedang ikut ke rumah saya. Kami mulai berdoa dengan sungguh-sungguh dan
terasa hadirat Allah menguasai kami semua. Kami mulai berjaga-jaga, hingga jam
5 pagi, bersama mama dan kakak saya dalam doa pujian.
Dalam kesempatan lain
saya diajak jalan-jalan ke taman Sorga. Saya sempat makan buah rentengan
berwarna merah, yang pernah saya makan beberapa waktu yang lalu, saat saya di
ajak ke Sorga oleh Yesus. Saat saya akan makan buah itu pertama kali, saya
merasa tubuh saya ada yang menggelitik, sehingga buah yang pertama saya ambil
terlempar, dan Yesus tertawa.
Kemudian saya ambil
lagi dan mulai makan bersama Yesus, tetapi tetap merasa tubuh saya ada yang
menggelitik! Ternyata tubuh saya di bumi oleh mama digelitik supaya bangun
karena mama kuatir.
Suatu kali saya diajak
Yesus ke gedung yang pernah saya datangi, Ada pohon bercabang dua, yang waktu
lalu buahnya diberikan kepada saya untuk dimalan, tapi kali ini Yesus
perintahkan untuk petik buah yang masih tinggal satu itu, tapi tidak untuk
dimakan, melainkan disimpan, harus di jaga, tidak boleh rusak. Yesus
mengatakan: ” Pada saatnya nanti kamu akan kuberitahu kepada siapa buah ini
harus diberikan.”
Sesaat setelah buah itu
di petik, daunnya rontok, terdengar suara berdengung-dengung,
kemudian batang pohon
itu dan tanah di bawahnya yang berwarna merah, hilang seketika! Lalu sinar yang
turun dari lubang atap gedung itu hilang secara perlahan-lahan, dan lubang
diatap gedung itu tertutup!
Saat itu, saya teringat
untuk menanyakan rumah opa saya, saya lihat rumahnya paling kecil diantara
keluarga besar kami. Bertingkat dan mungil seperti rumah peristirahatan, ada
berandanya, lengkap dengan taman, sungai, semua dari emas dan permata.
Saya juga sempat
menanyakan rumah tante saya, tapi Yesus tidak menjawab! Tapi dalam hati saya di
beri pengertian bahwa tante saya itu belum termasuk keluarga besar kami, karena
belum dipersatukan oleh Tuhan Yesus di depan altar-Nya dan belum dibaptis.
Kemudian saya
menanyakan seruling yang Yesus berikan kepada saya waktu yang lalu.
Tiba-tiba saja seruling
itu sudah berada di tangan saya. Lalu Yesus bertanya: ”kalau menurut kamu,
untuk apa seruling itu?” Saya menjawab: ”Untuk main musik.” Yesus mengatakan:”
Itulah arti jasmaninya,
kalau arti rohaninya untuk apa?” Saya diam, karena saya tidak tahu. Tetapi
Yesus juga belum jelaskan waktu saya diberi seruling itu. Dia mengatakan: ”Pada
waktunya nanti, Aku akan memberitahu kamu arti dan cara pemakaiannya!” Saya bertanya
kepada Yesus: ”Apa
boleh saya tinggal disini terus?” Yesus menjawab: ”Tidak boleh, karena kamu
masih banyak tugas!”
Setelah itu, Yesus
mengajak saya lagi dan tempat saya berpijak disinari oleh sinar yang keluar
dari tangan-Nya dan saya mulai turun menembusi laut kaca, turun ke bawah dan
sesaat kemudian saya terbangun!
Saya melihat di taman
belakang rumah saya, ada burung-burung merpati yang datang dari atas. Induk
beserta anak-anaknya, semakin lama jumlahnya semakin banyak, sehingga tak
terhitung lagi. Ada yang hinggap di pohon-pohon palem. Dan saya melihat taman
itu menjadi sangat indah.
Setelah itu, saya
merasa ada tangan yang memegang tangan kanan saya, dan tidak asing lagi yaitu
tangan Tuhan Yesus sendiri, tanpa bicara.
Beberapa saat kemudian burung-burung
merpati itu mendekati saya dan kemudian terbang. Saat burung-burung merpati itu
mulai terbang, bulu-bulunya rontok semua dan segera berganti dengan bulu-bulu
baru yang warnanya seperti emas berlkilau-kilauan. Merpati-merpati itu terbang
terus sampai tak tampak lagi.
CATATAN
RUMAH DI SORGA
Dalam Yohanes 14: 1‐3,
Yesus berkata:
“Janganlah gelisah
hatimu; percayalah kepada Allah, percayalah juga kepada‐Ku.
Di rumah Bapa‐Ku banyak tempat tinggal. Jika tidak
demikian, tentu Aku mengatakannya kepadamu. Sebab Aku pergi ke situ untuk
menyediakan tempat bagimu. Dan apabila Aku telah pergi ke situ dan telah
menyediakan tempat bagimu, Aku akan datang kembali dan membawa kamu ke tempat‐Ku,
supaya di tempat di mana Aku berada, kamupun berada.
Kitab 2 Korintus 5: 1
Karena kami tahu, bahwa
jika kemah tempat kediaman kita di bumi ini dibongkar, Allah telah menyediakan
suatu tempat kediaman di sorga bagi kita, suatu tempat kediaman yang kekal,
yang tidak dibuat oleh tangan manusia.
Bahwa Tuhan Yesus
meyediakan rumah bagi kita di Sorga tidaklah diragukan. Bahwa Sorga ternyata
bertingkat‐tingkat, ternyata memang, ya. Rasul
Paulus sendiri mengatakan:
Aku harus bermegah,
sekalipun memang hal itu tidak ada faedahnya, namun demikian aku hendak
memberitakan penglihatan‐penglihatan dan
penyataan‐penyataan yang kuterima dari Tuhan.
Aku tahu tentang
seorang Kristen; empat belas tahun yang lampau‐‐entah
di dalam tubuh, aku tidak tahu, entah di luar tubuh, aku tidak tahu, Allah yang
mengetahuinya‐‐orang itu tiba‐tiba
diangkat ke tingkat yang ketiga dari sorga. Aku juga tahu tentang orang itu, ‐‐entah
di dalam tubuh entah di luar tubuh, aku tidak tahu, Allah yang mengetahuinya‐‐
ia tiba‐tiba diangkat ke Firdaus dan ia
mendengar kata‐kata yang tak terkatakan, yang tidak boleh
diucapkan manusia.
2 Korintus 12: 1‐4
Kalau Sorga bertingkat‐tingkat,
maka kesaksian banyak orang yang berkata, bahwa ukuran rumah kita juga kelak
berbeda‐beda, jelas memang demikian. Sebagimana
banyak orang mengalami kemajuan yang pesat dalam Tuhan, sehingga rumah yang di
siapkan baginya pun bertambah besar dan indah, maka jika seorang makin mundur,
rumahnya pun mengecil bahkan bisa hilang.
Tiap ketaatan kita,
tiap buah roh yang muncul, tiap ujian yang bisa kita lewati, tiap hal yang
menyukakan hati‐Nya, lewat sikap hati
dan perjalanan hidup kia, akan membuat bangunan rumah kita makin besar dan
indah.
Tiap tugas yang bisa
kita selesaikan, tiap penderitaan yang dengan syukur kita jalani, tiap
perendahan karena nama Tuhan Yesus yang harus kita alami, semuanya membuat
rumah kita semakin cemerlang.
Tiap harga yang kita
bayar, tiap kesakitan dalam penderitaan dalam nama Tuhan, membuat segalanya
makin menampakkan kemuliaan Tuhan.
Sebaliknya makin hati
kita tawar dan menjauh daripada‐Nya, tiap
gerutuan dan sungut‐sungut, tiap kedagingan
dan ketidaktaatan, akan makin memudarkan segala sesuatunya.
Amsal 24: 3‐4
berkata:
“Dengan hikmat rumah
didirikan, dengan kepandaian itu ditegakkan, dan dengan pengertian kamar‐kamar
diisi dengan bermacam‐macam harta benda yang
berharga dan menarik.”