( Diceritakan oleh : Pdt. I.M. Nordmo, Pemberita Injil di Tiongkok
Utara)
Si
cantik Wang Ching Tao hidupnya sangat berbahagia, ia anak dari seorang petani
yang kaya. Lalu ia menikah dengan seorang pemuda yang kaya-raya dan tampan.
Keduanya saling mengasihi dan saling membagikan kebahagiaan, benar-benar
pasangan yang serasi.
Dari
tahun ketahun mereka benar-benar dapat menikmati kebahagiaan bersama, namun
nampaknya kebahagiaan ini tak boleh berlangsung terlalu lama. Serangan penyakit
melanda Wang, dan sakit Wang bukanlah suatu penyakit yang mudah diobati,
melainkan suatu penyakit yang sulit diobati. Seisi rumah berdukacita untuk
malapetaka yang menimpa kedua sejoli itu.
Dari dokter sampai ke dukun-dukun terkenal malah sampai ke nujum
mereka berusaha mencarikan obat untuk penyembuhan penyakit Wang, namun
nampaknya usaha mereka tetap sia-sia.
Tak ada perubahan apa-apa yang terjadi dalam diri nyonya muda ini. Sedang
kondisi Wang sendiri makin hari makin lemah, seolah-olah tidak ada harapan lagi
untuk kesembuhan tubuhnya. Oleh
karena itu seorang Biku Budha mendatangi keluarga Wang, dan ketika melihat
penyakit Wang semakin parah ia menganjurkan agar Wang semakin menjauhkan diri
dari kesukaan dunia, bertarak daging serta menjalankan pelajaran sang Budha
dengan benar-benar. Petani yang masih muda ini kini telah kehilangan
akal, apapun yang terasa baik ia jalankan menurut keyakinan batinnya juga
termasuk usul dari Biku tersebut. Apa saja yang dianggap baik asalkan istrinya
yang sangat ia cintai mendapatkan kesembuhan, ia rela menjalankannya.
Maka
mulailah istrinya menjalankan kebatinan, sedikit demi sedikit ia masuk ke dalam
filsafat agama Budha dan menghampakan diri dari segala keinginan duniawi,
bertarak makan terutama daging. Jarang sekali
orang mengerti hal Nirwana dan karma yang berbelit-belit itu, namun dalam waktu
yang singkat Wang dapat memahaminya. Sedikit demi sedikit
ilmunya mulai berkembang sampai pada akhir kalinya iapun harus memutuskan
hubungannya dengan suaminya tercinta serta anak-anaknya.
Ia
ingin menyerahkan diri sepenuhnaya pada sang Budha. Betapa sedih suami dan
anak-anaknya ketika Wang mengambil keputusan semacam itu, berarti mereka tidak
lagi dapat berkumpul seperti waktu-waktu sebelumnya. Tak jauh dari rumahnya
didirikan pura kecil, sebuah gedung baru khusus didirikan bagi sang Budha. Di
tengah-tengah pura itulah didirikan patung dewa-dewa. Sedang patung patung
lainnya membentuk lingkaran disekeliling ruangan itu, dan sebuah bilik kecil
khusus bagi Wang sendiri. Di situlah ia menjalankan pertapaannya. Dalam bilik
itu ada kang yang rendah dan sebuah meja kecil terbuat dari kayu. Sebuah kursi
tak bercat semuanya berada dekat dinding sebelah utara, di meja kecil itu ada
mangkuk tempat kemenyan.
Ketika
semuanya telah siap, mulailah wanita itu menjalankan semedinya kurang lebih
selama 10 tahun. Inilah permulaan hidup baru bagi Wang. Satu masa yang dipenuhi
dengan perjuangan batin secara berturut-turut. Setiap kali ia menerima
tantangan yang hebat, ia yakin ia dapat mengatasi atas bantuan roh sang Budha.
Jiwanya terasa sangat lelah,berulangkali ia mengalami stres semacam itu. Segala
keinginan hatinya ditekan sampai ia dapat mencapai tujuan yang hebat dan
melakukan hal yang luar biasa. Dari tahun
ketahun ia duduk bersila diatas kang, dan untuk pertama kalinya ia harus
melayani diri sendiri, dalam pembakaran kemenyan, dan menaruh kemenyan ke meja
kecil dalam puranya itu dan lain sebagainya.
Setelah
beberapa waktu ia menjalankan sendiri, tak beberapa lama kemudian pura kecil
itu ternyata bertambah penghuninya. Beberapa orang berkunjung ke Pura kecil
itu, lalu beberapa di antara wanita-wanita itu akhirnya mengabdikan diri
menjadi murid Wang. Wanita-wanita ini sangat mendambakan kesucian dan kehidupan
secara hampa untuk mencapai Nirwana seperti halnya Wang sendiri. Wang mendapat
julukan Chy yang suci karena pertapaanya telah mengundang perhatian banyak
orang, mereka menyaksikan sendiri betapa khusuknya Chy dalam pertapaannya.
Selain julukan di atas ia juga dianggap pimpinan yang keramat, bahkan pura
itupun dianggap pura keramat. Kini tugasnya membakar kemenyan dan menyajikannya
di meja pura dilaksanakan oleh murid-muridnya. Chy sendiri lebih khusuk bersila
dalam pertapaannya dan memberikan filasafat kepada murid-muridnya. Dua puluh tahun lamanya ia bertapa semacam itu tanpa
berbaring sedikitpun. Inilah cara untuk mendapatkan derajat yang
tinggi, daging dan lemak tak pernah terselit di antara giginya malah telur ia
pantang. Menurut dia makin banyak pantangan
makin dekatlah ia pada sang Budha. Caranya ia menyiksa diri, benar-benar sangat menakjubkan.
Dari 20 tahun. 17 tahun ia duduk bersila tanpa berbaring tidur sekejabpun.
Orang datang dari mana-mana berjiarah ke pura keramat itu. Kemasyuran tersebar
diberbagai wilayah, bahkan dari Propinsi ke Propinsi. Nampaknya masyarakat bangga punya orang suci semacam dia.
Saat
yang bersamaan Injil pun berkembang ke wilayah Barat yaitu desa Kao Kia Chy
kurang lebih 2,5 mil jauhnya dari rumah Wang. Banyak orang menerima ajaran baru dan membakar berhalanya
serta menerima Kristus. Diantaranya ada beberapa cucu Wang sendiri.
Mereka inilah yang kemudian membawa berita Injil ke rumah keluarga Wang.
Kebaktian terus-menerus diadakan, lebih hari lebih banyak yang diselamatkan,
orang-orang sakit disembuhkan, dan yang baru sama sekali dibimbing melangkah
menuju iman yang baru. Cerita perkembangan Injil inipun sampai ke keluarga
Wang.
Kurang
lebih dua setengah tahun saat Injil diberitakan di daerah Wang, tiba-tiba Wang
terserang sakit yang keras, tujuh hari tujuh malam ia berbaring seperti mayat.
Kalau saja ia tidak sedang menggenggam sebuah cermin pastilah ia disangka telah
mati, dan pastilah upacara secara besar-besaran diadakan untuk menghormati
jenazahnya, seperti baiasa dilakukan upacara kematian terhadap orang-orang suci
yang telah tiada, upacara air dan angin dan upacara keramat tertentu. Para imam dan murid-murid Wang
berkumpul di depan pura kecil dekat bilik Wang, mereka membunyikan genta dan
bunyi-bunyian lainnya sambil menghafal mantera. Dan beberapa kertas sembahyang
di bakar untuk melunasi hutang yang telah mati atas perintah Yeh Wang ( si Raja
Maut).
Inilah
yang menentukan siksaan yang harus dijalankan oleh si mati, setelah siksaan
selesai barulah manusia dapat menjalani hidup barunya. Namun pada hari ke tujuh
tiba-tiba Wang bangkit lagi. Betapa gembiranya murid-murid Wang melihat guru
yang dicintai hidup kembali. Mereka menganggap hutang telah terbayar dan telah
terlunasi. Bagi Wang sendiri timbul keragu-raguan apa lagi ketika ia merasakan
sakit sekali di bagian paha kanannya. “Barang kali
pahamu diambil oleh Yeh Wang Chy”, kata para pemuka Budha. Pemujaan yang sangat membosankan terpaksa harus
diulangi sekali lagi. Ia harus dengan semangat baru. Kertas-kertas sembahyang diletakkan
dalam mangkuk sembahyang sebagi kurban sehingga apinya membumbung keseluruh
ruangan. Matera-mantera diucapkan agar hutangnya cepat lunas. Dalam ucapan itu
banyak biku Budha yang dirasuk roh-roh setan, mereka lalu mengadakan hubungan
dengan dunia roh, udara menjadi pengap oleh bau dupa dan kertas sembahyang.
Penyakit
Chy bukannya sembuh malah menjadi-jadi. Para Biku minta nasehat dewa-dewa.
Dukun-dukun Prewangan yang telah siuman menyampaikan pesan dewa-dewa. Semua
perintah dilaksanakan dengan sangat teliti namun penyakit Wang malah
menjadi-jadi. Keluarga Wang berupaya mencari orang-orang pandai di segala
penjuru untuk menolong Wang, namun semua usaha tetap sia-sia. Tak ada hasil
yang dapat diharapkan. Karena lelahnya Wang sendiri terpaksa berdusta, ia
katakan penyakitnya telah berkurang agar orang-orang itu pulang dan tidak terus
membuat upacara-upacara yang membisingkan. Sepulang orang-orang itu Wang
merasakan sakitnya tak tertahan lagi, ia sungguh-sungguh putus asa.
Seorang
murid Wang memberanikan diri menghadap gurunya “
Chy yang mulia”, dapatkah Chy memanggil orang Kristen, mereka mempunyai Allah
yang dapat menyembuhkan berbagai penyakit, kalau orang Kristen dipanggil saya
yakin Chy akan sembuh.Banyak orang sakit sembuh oleh doa-doa mereka”
pemudi itu menatap gurunya dan menunggu dengan harap-harap cemas, maukah
gurunya ini menerima usulnya ? Mata Chy yang sayu menatap muridnya, ia malah
ingin mendengar lebih bayak cerita mengenai orang Kristen itu, “ Teruskan
ceritamu “ katanya serak.
“
Chy kenal si tukang kayu itu bukan ? Ia telah dikabarkan mati oleh banyak
orang, bahkan anaknya yang datang dari jauh pulang khusus untuk menghadiri
upacara kematian ayahnya. Namun betapa terkejutnya ia ketika menemukan ayahnya
justru segar bugar dan berjalan-jalan di kebunnya” Pemudi itu diam sebentar
menantikan reaksi gurunya, gurunya mengangguk-angguk dan dengan isyarat
menyuruh muridnya meneruskan ceritanya.
“
Bahkan peti mati pun telah diserahkan kepada keluarganya untuk jenasah Kao,
namun yang mati telah bangkit kembali berkat doa-doa yang dinaikkan orang-orang
Kristen tersebut. Sekarang Kao dan anak buahnya sibuk mendirikan gedung milik
orang kaya di sebelah Utara Gunung itu.
Cerita
ini agaknya menyentuh hati Wang, memang muridnya yang satu ini pandai
bercerita. Ia kenal siapa yang diceritakan muridnya ini, ia tukang kayu yang
dikenal di wilayahnya, dan ia juga sudah mendengar tentang kematian si tukang
kayu itu. Dan memang sangat mengherankan kalau sekarang ia hidup kembali.
“
Banyak orang sakit yang disembuhkan oleh doa-doa orang Kristen” Chy kata
muridnya Chy. Pasti Chy lebih banyak tahu dari pada saya ini “ katanya pula
merendah. Chy tentunya juga kenal Wang si penderita kanker itu, juga Tai Shin
yang lumpuh itu, lalu Ho yang buta itu. Oh, guru yang tercinta, sudilah guru
mendengarkan tutur kata anakmu ini”. Wang Chy mengangguk tanda setuju, ia kan
mencobanya. Maka ia menyampaikan keputusannya pada suaminya. Mendengar
keputusan itu, suaminya segera menyampaikan keputusan ini pada cucunya
menjemput ibu Chen agar orang Kristen segera mendoakannya. Sebelum bertobat ibu
Chen seorang ahli nujum, nujum ibu Chen terkenal sampai ke wilayah. Undangan
itu diterima dengan senang hati oleh ibu Chen, ia lalu pergi dan berlutut di
tepi tempat tidur Chy yang tengah sakit. Allah benar-benar menjawab doa ibu
Chen, secara ajaib Wang disembuhkan, rasa sakit pada pahanya hilang sama
sekali.
Namun
tidak semudah itu ia lalu beralih ke agama asing itu. Wang yang sudah puluhan
tahun mengabdi pada sang Budha telah terlanjur lelap dalam kebudayaanya. Oleh
karena itu tak heran kalau kini ia mulai merasakan kebimbangan yang sangat
setelah ia disembuhkan. Apalagi orang mulai ramai membicarakan halnya karena ia
mulai berpaling pada Allah asing itu. Mereka merasa malu kalau Wang bersikap
semacam itu. Mengapa Wang tidak menghormati dirinya sendiri dan mau saja
disembuhkan oleh Allah asing itu? Ini
benar-benar merupakan penghinaan bagi dewa-dewa. Oleh karena itu Wang Chy harus
meredakan kemarahan dewa-dewa dan mencucikan Pura dengan asap dupa.Oleh
desakan anak buahnya Wang sendiri tidak keberatan melaksanakan, ia telah sembuh
jadi tak ada lagi urusan dengan Allah asing itu.
Wang
lalu menyediakan gulungan kertas sembahyang sebanyak yang diperlukan untuk
pencucian Puranya. Semua gulungan kertas diletakkan dalam mangkuk di meja
persembahan. Pencucian dilaksanakan untuk membendung kemarahan dewa-dewa.
Setelah selesai upacara pengikutnya pulang ke rumah meereka masing-masing
dengan perasaan lega. Kehormatan mereka dan kehormatan pada Budha telah
dipulihkan dan disucikan. Namun Wang sendiri setelah ditinggalkan, tiba-tiba
merasakan kecemasan luar biasa. Rasa sakit pada pahanya kambuh lagi. Ia
menyesali perbuatannya, mengapa ia begitu bodoh, ia telah menipu Allah orang
Kristen. Jelas Allah tidak menghendaki persembahan dan penyembuhan pada
berhala, karena hal semacam ini justru melawan Allah.
Sekali
lagi Wu Tsung Chen diberi kabar, agar ia sudi datang lagi untuk mendoakan
dirinya. Chen tidak menolak, ia datang kembali untuk mendoakan Wang yang sakit.
Kasih Allah sangat besar. Allah kembali menjamah Wang. Setelah ia didoakan rasa
sakitnya hilang. Namun ketika Chen pulang, murid-muridnya sekali lagi
mendesaknya agar ia melakukan penyembahan dewa-dewa. Wang tak bisa menolak
permintaan murid-muridnya, ia melaksanakan saja permintaan murid-muridnya.
Namun baru saja melaksanakan pemujaan terhadap dewa-dewa rasa sakitnya kembali
kambuh, dan rasa sakit yang sekarang nampaknya lebih hebat dari yang
sudah-sudah. Wang kini insaf kepada Allah orang Kristen, ini sungguh besar
kuasanya dan tak dapat dipermainkan. Ia merasa sangat bodoh, dan dengan rendah
hati sekali ia mengundang Chen untuk mendoakannya. Ibu Chen yang merasa
dipermainkan tak mau lagi datang. Wang tidak saja mempermainkan dirinya namun
ia telah mempermainkan Allahnya dengan nyata-nyata. Oleh karena itu ia menolak
mendoakan Wang sekali lagi.
Suami
Wang tidak berputusasa, ia segera pergi ke Yaosi mendatangi Penginjil yang
bekerja di daerah itu. Penginjil itupun tidak segera melaksanakan permintaan
suami Wang, terlebih dahulu ia berdoa minta petunjuk Tuhan, apakah Tuhan Allah
yang setiawan itu memperkenankan ia pergi mendoakan Wang. Allah menyuruh si
Penginjil menemui, dan menyertakan Chen dalam pelayanan ini. Allah juga menyuruh mereka memberitakan
berita keselamatan terlebih dahulu sebelum mereka mendoakan si sakit. Dan
undangan untuk mengambil keputusan harus disampaikan dengan jelas.
Penginjil
mentaati suara Tuhan, ia datang ke rumah ibu Chen dan mengajak ibu Chen untuk
mendoakan Wang, semua perintah Allah mereka laksanakan. Wang ditantang apakah
ia mau sembuh dan membuang semua berhalanya ataukah ia akan meneruskan pemujaan
yang sia-sia yang terus akan menyiksanya ? Inilah kesempatan terakhir baginya
untuk mengambil keputusan. “Allah sangat memperdulikan anak-anak-Nya bahwa
sampai hal yang sekecil-kecilnya Allah akan memperhatikan” Ia bersabda : “
Barangsiapa mengikut Yesus dan percaya kepada-Nya ia tak akan dikecewakan, Ia
sendiri akan menjadi jaminan dalam segala hal. Dan kalau Wang mau berdoa kepada
Tuhan Yesus saja, apa yang diminta Wang akan dijawab Tuhan sesuai dengan
kehendak-Nya.
Wang
mulai memikirkan untung ruginya kalau ia mengikut Yesus. Ia telah punya Pura
sendiri , murid-murinya cukup banyak, puluhan tahun ia mengabdikan diri pada
sang Budha. Ia tak boleh salah pilih, menghindarkan diri dari pilihan tak
mungkin baginya. Allah orang Kristen ini selalu tahu apa isi hatinya, ia tak
berani lagi menipu Dia. Kini ia mulai merenungkan berhalanya, bahkan ratusan
kertas telah dibakarnya, namun tak sebuah doapun dikabulkan oleh dewa-dewa itu.
Beda sekali dengan Allah asing ini, ia tahu apa artinya bila ia memilih Yesus.
Juga semua murid-muridnya akan dikembalikan pada kebijaksanaan sang Pencipta.
Setelah merenungkan semua itu, akhirnya Chy memilih Yesus.
Mendengar
keputusan ini kedua hamba Tuhan ini segera berlutut, mereka memohon belas
kasihan Allah untuk Wang dan menyembuhkan penyakit Wang. Allah yang telah mempersiapkan hati wanita
Budha ini segera bertindak. Dengan nyata Allah memberikan anugerah-Nya
pada Wang. Wang sembuh seketika. Wang terharu oleh jamahan kasih Allah yang tak
memandang dosanya. Ia tak mau lagi mengingkari janjinya, ia benar-benar
bertobat, ia tak mau lagi mengulangi perbuatannya yang tolol seperti
waktu-waktu lalu.
Duapuluh
tahun ia telah terikat oleh pemujaan yang sia-sia, tubuhnya disiksa sehingga
dimasa tuanya kondisinya sangat lemah. Oleh karena itu tak mungkin lagi ia
berjalan. Maka setiap hari Minggu kalau ia ke gereja ia ditandu oleh
keluarganya. Dalam sisa tuanya ia mengabdikan diri pada Kristus. Pura yang dulunya berisi gong dan berhala
kini berubah menjadi tempat memuji Allah oleh anak-anak Allah. Kuasa dewa-dewa telah
dipatahkan, berhala yang jumlahnya 31 buah itu dihancurkan oleh kuasa Tuhan
Yesus Juruselamat. Rumah Wang kini dipakai untuk tempat
kebaktian, banyak mujizat terjadi justru di rumah itu. Puji-pujian terus
berkumandang siang dan malam di rumah itu. Allah benar-benar dipermuliakan.
Sumber : Kesaksian dan
pengalaman Pdt. I. M. Nordmo yang telah bertahun-tahun tinggal dan bekerja
sebagai Pemberita Injil di Tiongkok Utara, Indonesia di Kalimantan Barat dan
Pulau Bangka. Dalam rangka pelayanan Pendeta Nordmo ingin mengungkapkan melalui
bukunya (“Roh-Roh Jahat Terusir”), apakah akibatnya bila orang dikuasai
Iblis.Dari berbagai pengalamannya Pendeta Nordmo menjelaskan lebih dalam betapa
sengsaranya seseorang yang diikat kuasa iblis itu. Namun anugerah Kristus yang
penuh Kuasa dan Pengasih senantiasa mengejar orang berdosa, manusia yang mau
percaya dan mau menyerahkan dirinya kepada Kasih Kristus secara mutlak mereka
akan dibebaskan. ( Yayasan
Persekutuan Pekabaran Injil Indonesia (YPPII) Departemen Literatur, Jl.
Trunojoyo 2 Batu Malang-Jatim ).
Tidak ada komentar:
Posting Komentar